Job hunting second edition

Tidak seperti ketika masih fresh graduate -baca:lugu-, semangat untuk mencari kerja (job hunting) begitu menggebu-gebu seakan terdapat api yang menyala-nyala di sekujur tubuh seperti pilem pilem anime japan production : naruto, one piece, detective conan, slam dunk, detecitve kinidaichi etc (agak hobi juga sich nonton pilem anime sengihnampakgigi). Tidak terlalu banyak pertimbangan inilah, itulah, mesti ginilah, mesti gitulah…., di dalam kepala terdapat hanya satu tujuan yang jelas untuk dicapai. Metode yang dilakukan juga begitu simple tetapi jitu iya.. betul.., 'simple tetapi jitu' yaitu metode Coba->Gagal->Coba lagi, ketika ada peluang (sekecil apa pun) naluri masih begitu peka untuk menangkap, langkah kaki begitu teguh menepis segala aral yang menghadang, sikap penuh optimis dan diiringi dengan tawakkal.


Ya..... itulah pola sikap yang diterapkan saat mencari kerja pertama kali, begitu ada lowongan entah itu dari email, dari web lowker, dari info milist, dari kenalan (meskipun kenalan itu sifatnya sudah beberapa tingkatan, maksudnya yang ngasih info itu misalnya bapaknya teman yang punya kenalan, kenalannya teman baik dengan karyawan suatu perusahaan yang kemudian dapat info dari bossnya
sengihnampakgigi), info dari kampus, dari koran bekas (maksudnya bekas dipake bungkus gorengansengihnampakgigi) dan bahkan kabar angin pun diembat juga.

Setelah dapat info langsung di COBA, gerakan perang gerilya dilancarkan (maklum masih dalam suasana 17'an), keliling kota hanya untuk mencari tempat mengajukan lamaran, panas dan terik matahari bukan menjadi penghalang, bertanya kesana kesini. Setelah mendapatkan tempat yang dituju masih juga diserang oleh rasa ragu bercampur cemas coz mungkin tempatnya agak mencurigakan (tidak seperti sebuah kantor, ya...... mungkin karena sebuah perusahaan kecil), kemudian berhadapan dengan security yang tegas dan cuek (memang sudah tugasnya) yang kalau nggak sebut kenalan orang dalam agak sulit (pernah loch saya dapat yang kayak gitu, untung waktu itu saya pandai menebak fikir, sampai sebut karyawan orang dalam tetapi kenal dan liat saja nggak pernah ha...ha...ha.....^_^ -ini bangga atau bego ya-). Hampir semua mengatakan hal yang sama, mmm.... mungkin kata kuncinya seperti itu ya atau mungkin itu kalimat yang paling enak untuk didengar, semua mengatakan "Tunggu panggilan ya!". Ya iyalah, memang itu kayaknya kalimat yang paling cocok, yang aneh kalau ada yang mengatakan "Kami merindukanmu!" atau "Merupakan kebanggan bagi perusahaan kami karena menjadi salah satu pilihan perusahaan yang anda lamar" atau "Kembaliannya berapa mas!" atau "Berani bayar mas kawin berapa!" waduh kok jadi nggak nyambung gini ya.....!@#*&*$(*&.....ketukmeje.

Yach... memang ada sich yang bener manggil untuk tes ini, tes itu, ngisi ini, ngisi itu dan sampai wawancara tetapi kadang GAGAL di tes-tes tertentu atau sudah selesai tes semuanya tetapi menunggu panggilan kerja yang kadang tak kunjung datang. Hanya bisa ditarik dua kesimpulan : sayanya memang yang nggak kompeten atau saingannya pada jago-jago (atau kadang untuk menghibur diri berusaha untuk berpikir bahwa kayaknya perusahaan ini nggak terlalu butuh sama orang yang terlalu pintar kayak saya rindu -narsis-). Pikiran yang paling baik mungkin yaitu "bukan rezki" ya betul bukan rezki. Walaupun gagal tetapi banyak pelajaran yang dapat diambil, begitu banyaknya kaki sampai pegal-pegal (nggak nyambung lagi nich). Tapi betul loch banyak pelajaran yang dapat diambil, dari wawasan akan geografis kota makassar menjadi lebih luas karena cari lokasi yang sulit, kenalan menjadi lebih banyak, seni melobi dan komunikasi lebih terasah dan semua yang berkaitan dengan self attitude yang jarang kita dapatkan di bangku kuliah

Mungkin ada benarnya juga sich istilah "Kegagalan adalah Guru yang terbaik".

COBA LAGI, tidak terlalu lama menunggu dengan gesit kembali mencari peluang-peluang dan terus mencoba namun dengan langkah yang semakin mantap sampai akhirnya mendapat suatu pekerjaan yang "lumayan" maksudnya lumayan dari segi kapasitas keilmuan (masih berkaitan dengan dunia Telekomunikasi) dan lumayan dari segi salary yang diperoleh. Dan disinilah dimulai kesalahan terbesar yang menjangkit dan meracuni pikiran. Rasa aman, rasa nyaman, rasa puas yang sifatnya melalaikan dan membuat tidak peka terhadap perubahan-perubahan dan peluang. Haaaaaah........jadi rindu terhadap semangat seperti dahulu.

Sebenarnya bukan hanya rasa itu yang membuat tidak peka terhadap perubahan dan peluang tetapi mungkin juga disebabkan perhatian yang lebih terfokus untuk mempelajari lebih jauh dan lebih dalam terhadap bidang pekerjaan yang dijalani (mungkin inilah yang menjadi kekurangan sekaligus kelebihan). Di dunia telekomunikasi sendiri khususnya network GSM PLMN teknologi yang lama masih begitu banyak yang perlu dipelajari, datang lagi teknologi yang baru dengan menawarkan fitur yang berbeda dan sistem yang berbeda. Yach, kalau mau ilmunya up to date harus dipelajari dan diikuti dong.

Akhirnya tergerak juga untuk mencari peluang memasuki bidang yang baru (job hunting second edition), namun sikap sudah jauh berbeda dengan seperti dulu the first time. Terlalu banyak pertimbangan sehingga seringkali yang ada hanya keraguan. Masalah masa depan yang lebih menjamin, tempat kerja yang jauh, keluarga, teman-teman, pendidikan, perkembangan karir, salary yang “cukup”, suasana kerja, kerja yang ngejar target dan underpresure ataukah penuh adventure dengan kerja around the country and all-and all. Teknik Coba->Gagal->Coba lagi sudah mulai pudar, padahal sebenarnya kita tidak terlalu tahu lewat jalan mana dan didaerah mana akan diberikan rezki. Yach..... mungkin inilah lika-liku kehidupan, kadang berada diatas kadang pula berada dibawah, kadang berada di depan tidak jarang juga berada di belakang, kadang berada di jalur kiri kadang kembali lagi ke jalur kanan (awas ketilang lu sama polantassengihnampakgigi). Tapi katanya (dari sumber yang tak jelassengihnampakgigi) orang yang sudah memiliki pengalaman kerja itu jauh lebih mudah 10 kali untuk mencari pekerjaan yang lain dibandingkan dengan yang sama sekali belum memiliki pengalaman.

Tetap jaga semangat Keep on Fighting and Keep on Right Way

Jadi teringat akan sebuah buku yang berjudul "Who Moved My Cheese" dengan inti cerita yang mirip dengan kisah diatas dan termasuk buku best seller juga, karya Spencer Johnson. Buku ini katanya sudah dibaca oleh jutaan orang, yach kalau belum pernah baca berarti kamu belum termasuk diantara yang jutaan itu hics...hics...hics.....ihikhik. Tapi akan dijelaskan pada postingan yang lain, takut kepanjangan dan jadi malas bacanya (yang diatas juga sudah kepanjangan om... ihikhik hics...hics....hics...).

1 komentar:

Muhammad Ageng Anom said...

berubahlah untuk maju!!!

Post a Comment