dimanapun tempatnya, bajunya....???

Teringat akan sebuah kisah semasa kuliah di kampus hitam (Poltek) dimana teman2 masih bisa bersama untuk jalan2, makan2, bahkan lapar bersama. Eh untuk yang item jalan2 itu maksudnya jalan dengan artian yang sebenarnya loch, dengan kedua kaki tanpa berkendara. Pernah buat petualangan gila bersama teman kelas, jalan kaki dari kampus ke rumahku (tepatnya Jl Malino Km.7), mmm.... kurang lebih 30-an km lebih. Uang habis....? nggak, kendaraan tidak ada....? nggak, kurang kerjaan....? yup that’s right, waktu yang dibutuhkan about 3 hours and 30 minutes. Entah waktu itu setan dari mana yang merasuki pikiran kami, sampai mau melakukan jejak petualang tersebut, hanya berbekal aqua botol tidak disangka sampai juga di rumah.

Tetapi bukan kisah itu sebenarnya yang akan diangkat, tentang baju. Suatu masa di jaman penjajahan hidup seorang pendekar yang gagah berani...., waduh kok jadi ngawur gini jalan ceritanya. Kira-kira semester empat, kita tuch pengen sekali ada baju kelas (poltek tuch masih pake sistem kelas2an) sudah luama....banget rencananya tetapi agak sulit titik temunya. Jadi buat kelompok lebih kecil lagi, baju khusus untuk laki-lakinya saja, waduh walaupun pada akhirnya baju khusus untuk 5 orang laki-laki saja di kelas (kelas A= 6 laki-laki & 18 =perempuan). Mmmmm.. apa ini menunjukkan bahwa memang jumlah perempuan di dunia lebih banyak ya? atau mungkin jumlah laki-laki lebih sedikit ya..? (nggak ada bedanya atuch ^_^).

Pikir-pikir, kalau cuman 5 potong baju ndak bisa pesan jadi mending beli baju yang sejenis saja. Pergilah kami ke sejahtera di deket pintu satu Unhas (kebetulan tuch toko baru berdiri), yach namanya juga anak kuliahan jadi bajunya nggak perlu mahal-mahal dan tempatnya ndak perlu mewah-mewah buanget asal ngumpul. Bulak balik, lihat sana lihat sini, tanya sana tanya sini, akhirnya dapat juga. Baju kaos oblong walaupun warna berbeda tetapi modelnya sama, bertuliskan "undeground" sebenarnya sich dibilang jelek...iya, tidak bagus.... memang, tapi masalahnya tidak ada yang lain yang seragam.

Sampai saya menuliskan postingan ini sebenarnya saya sendiri sudah lupa akan kejadian itu, sampai saya berselancar di frentes nya lukman dan frentesnya luil lihat foto yang mengejutkan. Semuanya masih menyimpan dan mengenakan pakaian tersebut, lukman ketika berada di balikpapan masih memakainya, luil ketika berada di jawa sempat foto dipinggir pantai dengan mengenakan baju tersebut. Saya sendiri sebenarnya jarang memakai baju tersebut habis tulisannya underground (nyangar banget) tetapi untuk menghormati mereka akhirnya menyempatkan foto waktu pergi ke tanjung bayang (makassar). Tetapi sayang saya belum dapat fotonya bair dan adam dengan mengenakan pakaian tersebut, berharap ketika mereka baca postingan ini bisa dikasih supaya kelihatan lebih kompak.

Dibenakku terlintas dua kemungkinan ketika melihat mereka mengenakan baju tersebut, itulah baju satu-satunya yang mereka miliki atau itulah baju yang paling bagus yang mereka punya....ha..ha..ha... (just kid my friends). Tetapi saya yakin ko’ mereka mengenakannya untuk melepas kerinduan sama teman-teman yang lain, solidarity for ever (kaya’ slogannya anak mesin).

Mungkin kisah ini sama sekali tidak berarti apa-apa bagi orang lain, tetapi bagi kami hal ini terlalu berharga untuk dilupakan, terlalu indah untuk dikenang, masih begitu segar diingatan dan terlalu manis di hati. Miss u all my best friends