The last but not ignorable

Akhirnya berminat juga untuk posting ^_^, setelah sekian lama dunia facebook membuatku terlena. Padahal awal-awal boomingnya facebook, saya nggak terlalu minat dan tertarik, hmmm... kenapa yach? mungkin karena belum tertarik saja, nggak papalah untuk hal-hal seperti ini belakangan tapi kalau undangan makan diusahakan yang pertama ^_^. -intermezo-
Tulisan berikut hanya tulisan sederhana yang terdapat dibenakku, melihat dan memikirkan sesuatu dari sisi yang bebeda dari orang kebanyakan -yang sering menjadi kebiasaanku-. Berbeda bukan berarti sengaja membeda-bedakan diri, tapi hanya berusaha melihat suatu hal dengan lebih penuh analisa dan pemikiran yang dengannya sesuatu yang biasa akan menjadi luar biasa, hal yang diluar dugaan akan muncul, hal yang tidak masuk akal menjadi masuk akal, perkara yang tidak penting menjadi sangat penting.
Pernah dengar ceramah penjelasan dari surat Al Ashr "kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran", terdapat 4 point penting dalam ayat ini yaitu iman, amal sholeh, dakwah dan sabar. Ternyata keempat point ini bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri-sendiri, masing-masing berhubungan dan saling mengisi satu sama lain. Iman tanpa amal sholeh akan lumpuh, amal sholeh tanpa dakwah juga lumpuh dan yang terakhir bukan berarti tidak penting yaitu sabar.

Ternyata sabar walaupun pada urutan yang terakhir ternyata kata kuncinya terdapat pada hal tersebut. Ya... sabar. Posisi sabar bukanlah seperti posisi bangku cadangan pada permainan sepak bola, bukanlah dalam status hot-standby seperti pada perangkat telekomunikasi, bukanlah seperti main slave-backup slave yang boleh ada dan boleh tidak ada. Posisi sabar inilah yang meliputi ketiga point-point sebelumnya. Sabar -istiqomah- dalam keimanan, bersabar dalam beramal sholeh dan bersabar dalam mengemban dakwah. Yang tentunya hal tersebut bukanlah hal yang mudah tetapi bukan berarti tidak dapat dilaksanakan, karena kita bukanlah orang-orang pertama yang melaksanakan hal ini, sudah terdapat contoh kisah-kisah luar biasa orang-orang terdahulu tentang arti sebenarnya akan sebuah kesabaran -dalam Al Quran maupun Al Hadist-. Yang tentunya karena posisinya teramat penting sangat disayangkan kalau kedudukannya dikesampingkan.
Satu hal lain namun sedikit mirip ketika mendengar ceramah tentang keutamaan memilih wanita untuk dijadikan pasangan hidup. Dikatakan bahwa nikahilah wanita karena 4 perkara yaitu karena kecantikannya, hartanya, martabatnya dan agamanya. Saya masih teringat pada saat tersebut ada seorang perempuan yang bertanya "mengapa agama berada pada urutan terakhir?". Ternyata penjelasannya mirip-mirip dengan penjelasan akan posisi sabar pada surat al ashr, kata kuncinya adalah ada pada item yang terakhir yaitu agamanya. Namun sayangnya baik secara sadar maupun tidak sadar masih banyak yang terjebak pada pengurutan hal tersebut antara penting dan tidak penting. Sehingga mengurutkan agama pada urutan terakhir yang dengan kata lain bahwa ketika ketiga item diatasnya sudah terdapat pada diri seseorang maka kemuliaannya melebihi jika hanya memiliki agama yang bagus namun cantik, kaya dan bermartabat tidak terdapat pada dirinya. Tentu yang paling baik adalah ketika kesholehah-annya -agamanya- meliputi kecantikannya, meliputi hartanya dan meliputi martabatnya. Tentulah agama yang dimaksud disini bukanlah sekedar label indah, sekedar pelengkap status pada kartu identitas, namun lebih dari itu.
Ketika agama hanya dijadikan urutan terakhir maka dampaknya cukup memprihatinkan, bagi perempuan berpengaruh pada "bagaimana ia ingin menjadi" dan bagi laki-laki berpengaruh pada "bagaimana ia ingin mencari". Alangkah baiknya ketika potensi, usaha, minat, tujuan dikerahkan bukan hanya untuk menjadi wanita yang cantik, menjadi wanita yang kaya, menjadi wanita yang bermartabat tetapi juga untuk menjadi wanita yang sholehah. Demikianpula dengan laki-laki alangkah baiknya jika pertimbangan agama tidak dikesampingkan, manusiawi ketika mencari pasangan dengan paras cantik, dengan banyak harta dan bermartabat, namun berapa banyak rumah tangga yang dibangun atas dasar kecantikan, harta dan kedudukan yang berakhir tidak harmonis. Disinilah peran penting agama yang mengikat semua itu, tidak semata2 menjadikannya sebuah tujuan tetapi juga sebuah sarana memperoleh keridho'anNya. Alangkah indahnya rumah tangga dengan istri yang sholehah, sabar, santun, ramah, rendah hati dan mendidik serta membesarkan anak-anaknya dengan kesholehah-annya -pepatah mengatakan buah jatuh tak jauh dari pohonnya-.
Waduh kok jadi tinggi begini bahasanya yach ^_^, intinya mungkin deep thingking sebagaimana pencipta kita memang menyuruh kita untuk berfikir.

2 komentar:

cundink said...

jadi, kapan ^_^

Muhammad Ageng Anom said...

Insya Allah Tahun Depan 2011. Amin...

Post a Comment